Sabtu, 29 November 2014
Sabtu, 16 Agustus 2014
Jumat, 28 Februari 2014
Levitasi
Teknik Photography Levitasi
Melayang Tanpa Gravitasi Itu Indah
Ya, postingan kali ini masih berisi tentang salah satu teknik kreatif fotografi yang saat ini lagi happening, levitasi.
Levitasi yang dalam bahasa Inggris adalah levitation, merupakan proses
dimana sebuah objek melayang melawan gaya gravitasi bumi dalam posisi
yang stabil (Wikipedia). Seperti teknologi yang diadaptasi oleh kereta super
cepat di Jepang, dengan menggunakan medan magnet. Kemudian akhirnya hal
ini memberikan inspirasi bagi para fotografer untuk membuat teknik
fotografi yang disebut levitasi. Sebuah teknik fotografi yang membuat
suatu objek seolah-olah melayang tanpa menggunakan alat bantu.
Entah siapa yang pertama kali menemukan teknik levitasi, namun mesin pencari Google (dengan key word levitation photography) memunculkan nama seorang wanita Jepang yang bernama Natsumi Hayashi dalam halaman pertamanya.
*Berikut alamat blog miliknya klik disini
Walaupun keliatannya model di fotografi levitasi ini terlihat effortless
dengan ekspresi muka yang datar, tapi untuk mendapatkan gambar yang
keren membutuhkan berbagai trik dan juga kesabaran (apalagi bagi
newbie). Sang model harus melompat dengan pose tertentu yang tidak
terlihat seperti sedang melompat, tapi seolah-olah melayang tanpa
bantuan apapun. Sementara fotografer pun harus bisa mengatur kameranya
sehingga bisa menghasilkan frozen moment melayang yang tepat.
Berikut tips-tips dalam fotografi levitasi tanpa editing yang dikutip dari tumblr Levitasi Hore :
- Fotografi levitasi berbeda dengan Jump Shot. Levitasi harus memperlihatkan model yang seakan melayang alami tanpa terlalu banyak ekspresi wajah.
- Foto levitasi tanpa editing dapat dilakukan dengan kamera professional (DSLR) maupun kamera biasa (kamera ponsel, pocket cam)
- Foto levitasi dengan kamera DSLR, bisa memanfaatkan Burst Mode (Continuous Shooting). Dengan sekali menekan tombol shutter, langsung menghasilkan beberapa jepretan sekaligus. Foto-foto hasil jepretan dengan Burst Mode dari kamera DSLR dapat dipilih mana yang paling pas mendapatkan moment “melayang”
- Foto levitasi dapat dilakukan dengan kamera non-professional, namun lebih tricky karena mengandalkan ketepatan menekan tombol rana saat model melompat.
- Pastikan cahaya cukup, agar bayangan terbentuk sehingga efek model sedang melayang lebih terlihat.
- Gunakan shutter speed tinggi untuk menangkap model yg melayang dengan lebih fokus (freeze motion). Cahaya yang cukup sangat berperan untuk mendapatkan shutter speed tinggi.
- Gunakan low angle, agar model terlihat tinggi melayang.
Yuk Liat Hasil jepretan Levitasi ane foto di bawah ini . . . liat Teknik fotografiku yang lain ya klik disini yang ini lebih keren klik di sini
Senin, 24 Februari 2014
Jenis-jenis Camera
Jenis –jenis Camera
a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang. Format film Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.
1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia
2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita
3. Medium format
4. Large format
Jenis Film
1. Film B/W, film negatif hitam putih
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai
3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas
Jenis kamera Film
1.
Pocket/compact.
Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan.
Menggunakan film format 35mm
2.
Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil,
sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme
fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm
3.
SLR,
Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan
profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti.
Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera system
4.
TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa
ganda. Biasanya menggunakan format medium
5.
Viewfinder.
Biasanya menggunakan format medium Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera-
kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure
namun masih dapat dioperasikan secara manual.
b ) Kamera digital
Menggunakan
sensor digital sebagai pengganti film
1.
Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti.
Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa,
seperti Canon seri A, memiliki mode manual.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah.
Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto
3.
DSLR. Digital SLR
Lensa
Kamera
mata
dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa
memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.
Field
of View (FOV) tiap
lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas
film/ sensor yang digunakan.
Field of View Crop sering disebut
secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital
memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of
view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada
Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV
crop factor 1.5x)
Jenis-jenis Lensa
a.
berdasarkan prime-vario
1.
Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5
memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya
lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang
dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat
diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat
diatur
b.
berdasarkan panjang focal
1.
Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya
digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung
2.
Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah memotret dari jarak jauh
c.
berdasarkan aperture maksimumnya
1.
Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar
2.
Lambat, memiliki aperture maksimum sempit
d.
lensa-lensa khusus
1.
Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat
2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan
Ketentuan
lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film
35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi
menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70
FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm
Peralatan
bantu lain
-
Tripod , diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan
lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld).
Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal. Membawa tripod saat
hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa
adalah tripod yang ringan dan kecil.
-
Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat
menghilangkan goyangan vertikal saja.
- Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai
obyek dalam kondisi gelap
-
Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk.
Ada
banyak jenisnya :
UV,
menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering
digunakan untuk melindungi lensa dari debu. PL/CPL (Polarizer/Circular
Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk
menambah kontras langit
Exposure
jumlah
cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
- Aperture/diafragma . Makin besar aperture
makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara
lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f
number), aperture makin kecil aperturenya
-
Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk.
-
ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah
cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2
kali film ISO 200 Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100
setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.
Exposure
meter , pengukur
cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu
juga tersedia pengukur cahaya eksternal
Exposure
metering ( sering
disingkat dengan metering ) adalah metode pengukuran cahaya
1.
Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame
2.
Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat
bagian tengah
3.
Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame,
untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu
4.
Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja
Exposure
compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan
pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi
kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure
sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi
abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure
compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.
Under
exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposure
Over
exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure
Istilah
stop
Naik
1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali.
Naik
2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.
Turun
1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.
Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4
kali.
Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut:
f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah
0,7 kali (1/ akar2) .
Kenaikan
1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125;
1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1. Beda speed tiap stop adalah 2 kali DOF ,
Depth of Field, kedalaman medan.
DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar
aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1.
Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin
dangkal/ sempit
2.
Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit
3.
Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit
Pemilihan
DOF
- Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF
sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/ menonjolkan obyek dari lingkungan
sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
-
Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita
menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto
landscape atau foto jurnalistik.
Shooting mode
Mode auto , mode point and shoot, tinggal
bidik dan jepret
1.
Full auto, kamera yang menentukan semua parameter
2.
Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF
3.
Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil
4.
Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG
sekaligus
5.
Fast shuter speed
6.
Slow shutter speed
Creative
zone
1.
P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini
kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual
fokus, white balance, flash on/ off, dan continues shooting.
2.
Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung
aperture yang tepat
3.
Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed
4.
M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual
Komposisi
dan Angle
Komposisi
adalah penempatan obyek dalam frame foto
Angle
adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar Komposisi dan angle
lebih menyangkut ke seni dari fotografi.
Faktor
selera fotografer sangat besar pengaruhnya.
Sabtu, 22 Februari 2014
Zuga Photography
Pengertian Photography
Fotografi (dari
bahasa inggris : photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu “photos”
Cahaya dan “grafo” :Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum ,fotografi berarti proses atau
metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenaiobyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
yang paling popular untuk menangkap cahaya ini adalah Camera. Tanpa cahaya ,
tidak ada foto yang bias dibuat.
Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap
cahaya. Medium yag telah dubakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan
cahaya yang memasuki medium pembiasan. (selanjutnya di sebut lensa).
Biasanya orang juga menyebut fotografi :
hanya melaraska, hati, mata dan pikiran. Saat mengambil obyek dibutuh kelarasan
ketiganya untuk mnghasilkan foto yang baik.
Untuk menghasilkan intentitas cahaya yang
tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lighmeter.
Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bias
mengatur intentitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA(ISO
Speed), diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO,
Diafragma & Speed disebut juga Pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak
digunakan, maka kecepatan film yang semula digunaka berkembang menjadi Digital
ISO.
Langganan:
Postingan (Atom)