Minggu, 05 Maret 2017

Sejarah Candi Tawangalun


Candi Tawangalun merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Majapahit di kabupaten Sidoarjo,yang terletak di desa Buncitan kecamatan Sedati. Mungkin di jika dari gambar serasa tidak sebegitu menarik di banding dengan candi lain pada umumnya,Namun apabila diamati secara detail nampak adanya tatanan arsitektur candi atau bangunan religious pada masa lalu

Untuk menemukan kawasan candi yang satu ini memang terbilang sedikit susah. Karena masyarakat sekitarpun jarang yang mengetahu tentang adanya candi Tawangalun.Banyak penduduk yang menunjukan desa Tawang Alun saat ditanyai.Jarak antara desa Tawang Alun dengan candi Tawang Alun  terbilang cukup jauh sekitar 3 Km dari arah desa Tawang Alun kearah timur. Tepatnya candi Tawang Alun berada di desa Buncitan dan posisinya persis dibelakang kompleks Akademi Perikanan Sidoarjo (APS) Buncitan kecamatan Sedati.

Dalam perjalanan menuju Candi Tawangalun anda akan melihat banyak banyak tambak dan yang sebetulnya di dalam tambak itu ada banyak tatanan batu – batu petilasan.Ketika memasuki kawasan Candi Tawangalun pengunjung juga akan disambut oleh bau belerang yang sedikit terasa di hidung. Karena tanah lokasi candi Tawang Alun berada diatas gunung kecil yang mengeluarkan lumpur panas, air panas dan uap air panasnya mirip lava gunung berapi. Tak terhindarkan anda akan mendapati suasana sejuk,tenang juga akan terasa di sana.Kawasan Candi Tawangalun juga sangat cocok bagi pengunjung yang suka dengan photografi,karena dengan sedikit sentuhan profesional akan menghasilkan gambar yang bagus.


Jika berbicara mengenai candi tersebut , akan terasa sangat kental dengan cerita sejarah dibangunya Candi Tawangalun masih terkait dengan raja Majapahit. Dahulu kala pada zaman kerajaan Majapahit saat pemerintahan Prabu Brawijaya II ada sebuah desa di tawang alun ada raksaksa sakti yang belum dapat di kalahkan oleh pasukan Majapahit ,raksaksa tersebut bernama Resi Tawangalun. Resi Tawangalun mempunyai anak perempuan,ketika beranjak dewasa anak perempuanya mempunyai perasaan pada sang Prabu , untuk mewujudkan keinginan anaknya Resi Tawangalun menyulap anaknya menjadi putri yang sangat cantik .Kecantikan wajahnya membuat Putri Alun anak dari raksaksa terkenal ke pelosok negeri.

Suatu ketika karena keegoisan sang raja Brawijaya beliau mempersunting putri Alun untuk menjadi selirnya, lama kelamaan sifat asli putri Alun muncul dan terlihat oleh orang istana ketika Putri Alun melihat daging yang berada di depannya dan dia memakan menta-menta daging tersebut. Kabar berita kalau puti Alun memakan daging mentah tersebut sampai di telinga Sang Raja, Raja Brawijaya marah dan kesal saat mendengar kabar  tersebut, tanpa pikir lagi sang raja mengusir putri Alun dari istana dalam  keadaan hamil tua.

Putri alun sangat sedih , dia pun kembali tinggal bersama ayahnya. Di sana dia melahirkan seorang anak yang diberi nama Aryo Damar.Aryo Damar tumbuh di asuh oleh Ibu dan kakeknya. Pada suatu waktu,ketika Aryo Damar telah beranjak dewasa dia bertanya-tanya kepada ibunya siapa sebenarnya ayah kandungnya,merasa sudah cukup umur akhirnya Putri Alun menceritakan bahwa sang Prabu Brawajaya II itu adalah ayah kandungnya. Setelah mengetahui ayah kandungnya Aryo Damarpun meminta izin untuk pergi menemuai ayahnya.

Ketika Ario Damar sampai di Majapahit dan bisa menghadap rapa Brawijaya,Ario Damar mengaku bahwa dia adalah anak raja Brawijaya dari selir putri alun , raja Brawijaya tidak mau mengakui dia sebagai anak karena masih dendam telah ditipu.Raja pun memberi syarat yang mustahil untuk di penuhi Ario Damar agar diakui sebagai anak. Syarat pertama adalah membuat damar (lampu) yang tidak ada gantunganya, karena Ario Damar keturunan orang sakti dia bisa membuat damar dari besi yang  tidak ada gantunganya.

Sang prabu belum bisa menerimanya dan memberitahukan syarat yang kedua , yaitu mencari dan membawa tanah dari tempat asalnya (tanah tandus,sedati) yang harus sama dengan tanah yang berada di kerajaan (tanah subur,trowulan). Ario Damar berhasil melaksanakan tugas tersebut dengan bantuan kakeknya.Raja Brawijaya semakin kesal dengan Resi Tawangalun karena telah turut membantu cucunya, Raja memberitahukan syarat yang terakhir  yaitu,jiki dia (Ario Damar) bisa membunuh Resi Tawangalun maka Ario Damar akan diakui sebagai anaknya.

Sebenarnya Ario Damar bisa melaksanakan tugas tersebut akan tetapi dia bingung harus bagaimana.Putrri Alun prihatin terhadap nasib anaknya dan mendirikan sebuah candi sebagai wujud rasa kasihnya terhadap Ario Damar. Ario Damar masuk kedalam candi yang memang khusus di buat untuk mendekatkan diri kepada tuhan, Ario Damar  berfikir tentang makna-makna kehidupan dan juga pilihan-pilihan yang harus dia pilih, karena terlalu  lamanya bertapa di dalam candi sampai-sampai hilang (mukso).









05-03-2017 for all photo

Photos by ZUGA

Jumat, 28 Februari 2014

Levitasi

Teknik Photography Levitasi

Melayang Tanpa Gravitasi Itu Indah


Ya, postingan kali ini masih berisi tentang salah satu teknik kreatif fotografi yang saat ini lagi happening, levitasi.

Levitasi yang dalam bahasa Inggris adalah levitation, merupakan proses dimana sebuah objek melayang melawan gaya gravitasi bumi dalam posisi yang stabil (Wikipedia). Seperti teknologi yang diadaptasi oleh kereta super cepat di Jepang, dengan menggunakan medan magnet. Kemudian akhirnya hal ini memberikan inspirasi bagi para fotografer untuk membuat teknik fotografi yang disebut levitasi. Sebuah teknik fotografi yang membuat suatu objek seolah-olah melayang tanpa menggunakan alat bantu.



Entah siapa yang pertama kali menemukan teknik levitasi, namun mesin pencari Google (dengan key word levitation photography) memunculkan nama seorang wanita Jepang yang bernama Natsumi Hayashi dalam halaman pertamanya.

*Berikut alamat blog miliknya klik disini



Walaupun keliatannya model di fotografi levitasi ini terlihat effortless dengan ekspresi muka yang datar, tapi untuk mendapatkan gambar yang keren membutuhkan berbagai trik dan juga kesabaran (apalagi bagi newbie). Sang model harus melompat dengan pose tertentu yang tidak terlihat seperti sedang melompat, tapi seolah-olah melayang tanpa bantuan apapun. Sementara fotografer pun harus bisa mengatur kameranya sehingga bisa menghasilkan frozen moment melayang yang tepat.



Berikut tips-tips dalam fotografi levitasi tanpa editing yang dikutip dari tumblr Levitasi Hore : 

  1. Fotografi levitasi berbeda dengan Jump Shot. Levitasi harus memperlihatkan model yang seakan melayang alami tanpa terlalu banyak ekspresi wajah.
  2. Foto levitasi tanpa editing dapat dilakukan dengan kamera professional (DSLR) maupun kamera biasa (kamera ponsel, pocket cam)
  3. Foto levitasi dengan kamera DSLR, bisa memanfaatkan Burst Mode (Continuous Shooting). Dengan sekali menekan tombol shutter, langsung menghasilkan beberapa jepretan sekaligus. Foto-foto hasil jepretan dengan Burst Mode dari kamera DSLR dapat dipilih mana yang paling pas mendapatkan moment “melayang”
  4. Foto levitasi dapat dilakukan dengan kamera non-professional, namun lebih tricky karena mengandalkan ketepatan menekan tombol rana saat model melompat.
  5. Pastikan cahaya cukup, agar bayangan terbentuk sehingga efek model sedang melayang lebih terlihat.
  6. Gunakan shutter speed tinggi untuk menangkap model yg melayang dengan lebih fokus (freeze motion). Cahaya yang cukup sangat berperan untuk mendapatkan shutter speed tinggi.
  7. Gunakan low angle, agar model terlihat tinggi melayang. 
 
 Yuk Liat Hasil jepretan Levitasi ane foto di bawah ini . . .  liat Teknik fotografiku yang lain ya klik disini yang ini lebih keren klik di sini




Senin, 24 Februari 2014

Cantik









Jenis-jenis Camera



Jenis –jenis Camera
 
a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang. Format film Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film. 
1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia 
2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm. Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita  
3. Medium format 
4. Large format 
Jenis Film 
1. Film B/W, film negatif hitam putih 
2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai
3. Film positif, biasa juga disebut slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas
Jenis kamera Film

1.    Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm

2.     Rangefinder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm

3.    SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera system

4.     TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium

5.    Viewfinder. Biasanya menggunakan format medium Kamera manual dan kamera otomatis. Kamera- kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

 b ) Kamera digital

 Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film

1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.

 2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto

3. DSLR. Digital SLR

Lensa Kamera

mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

Field of View (FOV) tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/ sensor yang digunakan.

 Field of View Crop sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV crop factor 1.5x)

 Jenis-jenis Lensa

a. berdasarkan prime-vario

1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama

 2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur

b. berdasarkan panjang focal

1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung

2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah  memotret dari jarak jauh

c. berdasarkan aperture maksimumnya

1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar

2. Lambat, memiliki aperture maksimum sempit

d. lensa-lensa khusus

1. Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat

 2. Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan

Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm

Peralatan bantu lain

- Tripod , diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal. Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.

- Monopod , mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.

 - Flash/blitz/lampu kilat , untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap

- Filter , untuk menyaring cahaya yang masuk.

Ada banyak jenisnya :

UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu. PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit

 Exposure

jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.

 - Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya (f number), aperture makin kecil aperturenya

- Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk.

- ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200 Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

Exposure meter , pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal

Exposure metering ( sering disingkat dengan metering ) adalah metode pengukuran cahaya

1. Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame

2. Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah

3. Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu

4. Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja

Exposure compensation, 18% grey . Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured = foto terlalu gelap karena kurang exposure

Over exposured = foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stop

Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali.

Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali.

Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali.

 Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

 Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ akar2) .

Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1. Beda speed tiap stop adalah 2 kali DOF , Depth of Field, kedalaman medan.

 DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.

 Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.

1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/ sempit

2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit

3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit

Pemilihan DOF

 - Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/ menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.

- Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.

 Shooting mode

 Mode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret

1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter

2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF

3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil

4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus

5. Fast shuter speed

6. Slow shutter speed

Creative zone

1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/ off, dan continues shooting.

2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat

3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed

4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual

Komposisi dan Angle

Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto

Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi.

Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.